Sunday, 15 June 2014

Beban Ekonomi Karena TB

Tuberkolosis merupakan penyakit yang berumur tua hal ini dibuktikan dengan ditemukannya tulang-tulang peninggalan prasejarah di jerman (800SM).
Hasil penggalian fosil dari peradaban mesir kuno yaitu pada tahun 2500-100 SM , penyakit ini sudah jadi masalah kesehatan. Penyebabnya micobakterium tuberkolosis, bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, tetapi bisa juga menyerang bagian tubuh seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.

Penularannya melalui udara dari satu orang ke orang lain saat batuk, bersin, berbicara, atau bernyanyi. Obat untuk mengatasi penyakit TB telah ditemukan, tapi kenapa penyakit ini masih menjadi masalah bahkan bisa menimbulkan masalah komplek seperti sebuah lingkaran setan .

Permasalahan yang komplek artinya berbagai macam masalah akan timbul akibat penyakit TB , jika tidak diselesaikan akan mempengaruhi kualitas hidup tidak hanya penderita TB saja bahkan orang disekitarnya.

Sehat itu mahal

Apapun sakitnya pasti berpengaruh pada bidang ekonomi, apalagi penyakit seperti TB yang penyembuhannya minimal 6 bulan sehingga membutuhkan banyak biaya. 

Walaupun obatnya gratis tapi tetap memberikan pengaruh ekonomi tak stabil , penderita terbatasan dalam melakukan kegiatan fisik secara normal terutama dalam bekerja sehingga mengurangi pendapatannya. 

Kalau kita buat sebuah model beban ekonomi akibat TB dengan melihat alur kejadian dan biaya yang timbul adalah 
  1. biaya medis dari pasien yang dirawat (medical cost of patient treated)

2. beban biaya rumah tangga untuk pasien yang diobati(household cost of patient treated)


Selain kehilangan pendapatan yang harus diperhatikan adalah 75 % Penderita harus mengambil pinjaman atau berhutang untuk biaya pengobatan dan biaya sehari-hari. 


3. kerugian produktivitas akibat disabilitas (loss of productivity due to disability); 


Diperkirakan penderita dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3-4 bulan, hal ini akan berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangga sekitar 20-30%. 


4. kerugian produktivitas akibat kematian prematur (loss of productivity due to premature death).


Keadaan akan makin sulit jika yang menjadi penderita adalah tulang punggung keluarga pencari nafkah. Jika meninggal akibat penyakit ini akan kehilangan pendapatan sekitar 15 tahun.  

Dampak sosial terhadap pasien TB dapat berupa terisolasi atau dikucilkan oleh masyarakat. TB masih menjadi masalah kesehatan di tingkat dunia, karena angka kesakitan dan kematian yang tinggi. 

Perkiraan kasus didunia yang menyebabkan kesakitan sebanyak 8,6 juta Indonesia, menduduki peringkat keempat dengan jumlah kasus TB terbanyak di dunia setelah India, Cina, dan Afrika Selatan. 

Angka kematian akibat TB di dunia mencapai 1,3 juta jiwa per tahun, 410.000 pada wanita dan 74.000 pada anak-anak. Sebanyak 1,1 juta Orang dengan HIV menderita TB atau 13%, dengan kematian sekitar 320.000 jiwa. Untuk kasus TB resistan obat dari 450.000 kasus, 170.000 meninggal akibat penyakit ini.

Di Indonesia, Beban TB masih sangat tinggi mengingat setiap tahun masih ada 460.000 kasus baru setiap tahun dan terdapat 67.000 kasus meninggal atau sekitar 186 orang per hari. Merupakan pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan peringkat 3 dalam daftar 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia (SKRT 2004). 

Selain itu pada usia 5 tahun ke atas, TB merupakan penyebab kematian nomor 4 di perkotaan setelah stroke, Diabetes dan hipertensi dan nomor 2 dipedesaan setelah stroke (Riskesdas 2007).

Melihat besarnya angka TB maka kita harus waspada dengan penyakit ini dengan mengenali gejalanya. Salah satu gejala umum dari TB adalah batuk terus-menerus dan menyakitkan selama lebih dari 2 minggu. Untuk mengatasi masalah ini digunakan Strategi DOTS Yaitu pengobatan dengan panduan OAT (obat anti tuberkolosis) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). 

TB merupakan suatu penyakit kronik yang salah satu kunci keberhasilan pengobatannya adalah kepatuhan dari penderita (adherence). Permasalahan dalam mengatasi TB adalah kurangnya kesadaran dari penderita akan penyakitnya sehingga tidak patuh, Jumlah obat yang diminum cukup banyak serta pemakaian obat TB dalam jangka panjang. Adanya penderita HIV/AIDS

 Cara atasi TB

1. upaya awal yang bisa dilakukan adalah pencegahan sedini mungkin melakukan imunisasi Bcg saat anak berumur kurang dari 2 bulan.

2. Jaga kesehatan penderita  dan orang disekitanya termasuk menghindari prilaku beresiko seperti minuman keras, narkoba dan merokok

3. jangan kucilkan penderita TB karena Tb tidak akan menular melalui menjabat tangan seseorang, linen tempat tidur atau kursi toilet
    



www.tbindonesia.or.id www.stoptbindonesia.org 
www.depkes.go.id 
www.pppl.kemkes.go.id 
www.cdc.gov www.who.org






No comments:

Post a Comment

Hai... silahkan tinggalkan pesan dan tunggu saya approve ya...
terima kasih udah berkunjung