Mau Hidup Bahagia? Stop Phubbing
February 13, 2019
Kami punya kesepakatan tak tertulis tentang penggunaan smartphone , receh sebenarnya tapi penting diterapkan, apa aja?
1. Ada jam khusus untuk komunikasi intens dan jika berada disaat itu smartphone tak boleh digunakan
2. Jika ada yang harus dibalas sedangkan berada dijam tersebut ,lakukan dengan segera dan jangan coba-coba melihat yang lain.
Mungkin bagi sebagian orang terkesan lebai tapi menurut saya penting, sebagai kontrol diri dan beretika.
Tak bisa dipungkiri keberadaan ponsel pintar memudahkan hidup . Tapi juga melenakan , waktu pasti terbuang percuma semua hal menarik seperti isu yang berkembang ,update status,aneka game bisa ditemukan didalamnya. Parahnya lagi terlalu asyik dengannya mengabaikan orang dihadapan kita.
Tak jarang saat bersama smartphone kita menjadi anti sosial. Ngak peduli dengan sekitar dan lebih mementingkan ponsel pintar, istilahnya adalah Phubbing yang diciptakan oleh Alex Haigh, mahasiswa Australia yang magang di perusahaan periklanan terkenal McCann di Australia.
PHUBBING kependekan dari kata PHONE and SNUBBING. Istilah ini muncul pada tahun 2012 dan saat ini sudah menjadi fenomena yang sangat umum, sehingga kosakata ini sudah resmi masuk dalam kamus Bahasa Inggris .
Sayangnya, untuk Bahasa Indonesia belum memiliki kata serapan jadi masih menggunakan kata phubbing untuk penyebutannya.
Tak jarang saat bersama orang tersayangpun kita melakukan phubing contohnya saat bersama suami atau dengan anak, maksudnya ingin bermain atau menemani mengerjakan tugas sekolah tapi kita metakkan smartphone sedekat mungkin. Bagaimana akan menikmati quality time.
Duh keberadaanya tak jarang menyela obrolan atau mengalihkan perhatian. Dikit-dikit ada notifikasi, sambar gawai dan obrolan tetap berlanjut tapi ngak fokus lagi sekenanya aja atau tanpa memandang lawan bicara.
Menurut Julie Hart, pakar hubungan sosial dari The Hart Centre, Australia, ada faktor penyebab hubungan sosial menjadi tumpul karena phubbing, yaitu kemampuan untuk mendengarkan (membuka diri akan informasi dari lawan bicara) memahami apa yang disampaikan lawan bicara berkurang sehingga orang merasa terabaikan dan tak puas di dalam sebuah hubungan
Phubbing memberikan dampak bagi kehidupan, apa saja kah?
- Menghancurkan hubungan
Penelitian terbaru menemukan bahwa 46 persen pasangan melakukan phubbing dan 22 persen di antaranya mengatakan, perilaku ini telah menyebabkan ketegangan di dalam hubungan.
Jika dibiarkan akan terjadi depresi, adapun perjalanannya digambarkan dengan skema sebagai berikut:
Phubbing + Attachment anxiety ---> konflik ---> ketidakpuasan terhadap hubungan ---> ketidakpuasan hidup ---> depresi.
- Gila Mengabadikan Kejadian
Dan yang lebih memprihatinkan, bila ada kejadian yang seharusnya si perekam mampu menolong korban tetapi dia memilih untuk merekam terus. Ini sesuatu hal yang sangat tidak manusiawi.
-Sulit melepaskan diri
Sangat ironis karena awalnya gadget dimaksudkan untuk menjadi alat komunikasi antar individu dan untuk memudahkan dan mendukung komunikasi, namun sekarang justru menjadi bumerang, menjadi kendala dalam hubungan interpersonal.
Menurut penelitian terbaru, saat ini orang mengecek ponsel sebanyak 150 kali sehari, ini dilakukan tak hanya saat sendirian saja tapi juga di tengah pekerjaan atau ketika bersama pasangan.
Berbicara sambil tangan asyik dengan gawai merupakan hal yang tak sopan. Sebagian orang akan tersinggung.
Berdasarkan Hasil Penelitian pada 143 individu ternyata 70% tidak bisa lepas dari telepon genggam dan melakukan phubbing. Sedangkan 450 responden yang menjadi korban phubbing, 46% nyata-nyata menjadi korban dari pasangannya sendiri dan sisanya langsung mengomel.
Tuh, ada juga yang ngomel tapi ngak banyak, mungkin dianggap kelumrahan di jaman sekarang.
Maka, dari itu saya membuat penekanan saat komunikasi letakkan gadget sejenak, ajak ngobrol orang di samping dan ciptakan momen menyenangkan bersama orang-orang terdekat yang ada di sekelilingmu.
Selain saat bersama saya juga mewanti-wanti si uda untuk menghadirkan pikirannya ketika berada dalam pertemuan. Walaupun dia merasa bosan, ada orang yang tidak disukai atau tidak membuat nyaman tetap jangan phubbing. Ternyata ini bentuk kesengajaan untuk menghilangkan kebosanan dan memilih untuk mencari keseruan dari gawai.
Tak bisa dipungkiri sejak ada smartphone dan gadget, orang mulai tumpul empati dan ekspresi emosinya. Semuanya datar aja saat berkomunikasi. Orang hanya melakukan pembicaraan yang bersifat datar, dingin dan seperlunya saja karena tidak utuh menghadirkan dirinya. Sebagaian udah masuk dunia Maya.
Hubungan yang hangat didapatkan dengan cara tertawa lepas, sentuhan tangan, pelukan. Kesemua ini akan meningkatkan kesehatan dan daya tahan tubuh.
Jadi gimana? Mau berbincang secara
utuh demi kesehatan atau tetap phubbing.
Sumber:
http://buddhazine.com/phubbing-apa-itu/
1. Ada jam khusus untuk komunikasi intens dan jika berada disaat itu smartphone tak boleh digunakan
2. Jika ada yang harus dibalas sedangkan berada dijam tersebut ,lakukan dengan segera dan jangan coba-coba melihat yang lain.
Mungkin bagi sebagian orang terkesan lebai tapi menurut saya penting, sebagai kontrol diri dan beretika.
Tak bisa dipungkiri keberadaan ponsel pintar memudahkan hidup . Tapi juga melenakan , waktu pasti terbuang percuma semua hal menarik seperti isu yang berkembang ,update status,aneka game bisa ditemukan didalamnya. Parahnya lagi terlalu asyik dengannya mengabaikan orang dihadapan kita.
Tak jarang saat bersama smartphone kita menjadi anti sosial. Ngak peduli dengan sekitar dan lebih mementingkan ponsel pintar, istilahnya adalah Phubbing yang diciptakan oleh Alex Haigh, mahasiswa Australia yang magang di perusahaan periklanan terkenal McCann di Australia.
PHUBBING kependekan dari kata PHONE and SNUBBING. Istilah ini muncul pada tahun 2012 dan saat ini sudah menjadi fenomena yang sangat umum, sehingga kosakata ini sudah resmi masuk dalam kamus Bahasa Inggris .
Sayangnya, untuk Bahasa Indonesia belum memiliki kata serapan jadi masih menggunakan kata phubbing untuk penyebutannya.
Eye contact yang menghilang
Komunikasi itu tak sekedar mengucapkan kata tapi juga ada tatap muka didalamnya dan lebih tepatnya eye contak, tapi hal tersebut direnggut oleh smartphone dan gadget. Bahkan kini menjadi kebiasaan yang berusaha dimaklumi tak ada teguran ketika terjadi tepat didepan mata. Contohnya saat berbicara dengan teller di bank, tanpa memandang wajahnya tangan kita sambil memainkan gadget.*Sopan kah itu?Tak jarang saat bersama orang tersayangpun kita melakukan phubing contohnya saat bersama suami atau dengan anak, maksudnya ingin bermain atau menemani mengerjakan tugas sekolah tapi kita metakkan smartphone sedekat mungkin. Bagaimana akan menikmati quality time.
Duh keberadaanya tak jarang menyela obrolan atau mengalihkan perhatian. Dikit-dikit ada notifikasi, sambar gawai dan obrolan tetap berlanjut tapi ngak fokus lagi sekenanya aja atau tanpa memandang lawan bicara.
Menurut Julie Hart, pakar hubungan sosial dari The Hart Centre, Australia, ada faktor penyebab hubungan sosial menjadi tumpul karena phubbing, yaitu kemampuan untuk mendengarkan (membuka diri akan informasi dari lawan bicara) memahami apa yang disampaikan lawan bicara berkurang sehingga orang merasa terabaikan dan tak puas di dalam sebuah hubungan
Phubbing memberikan dampak bagi kehidupan, apa saja kah?
- Menghancurkan hubungan
Waktu kebersamaan yang seharusnya diisi dengan quality time justru berakhir dengan kesibukan melihat gadget masing-masing. Interaksi tak lagi hangat dan berkualitas seperti dulu. Tak jarang pembicaraan seperlunya saja.
Penelitian terbaru menemukan bahwa 46 persen pasangan melakukan phubbing dan 22 persen di antaranya mengatakan, perilaku ini telah menyebabkan ketegangan di dalam hubungan.
Jika dibiarkan akan terjadi depresi, adapun perjalanannya digambarkan dengan skema sebagai berikut:
Phubbing + Attachment anxiety ---> konflik ---> ketidakpuasan terhadap hubungan ---> ketidakpuasan hidup ---> depresi.
- Gila Mengabadikan Kejadian
Keberadaan media sosial membuat phubing seperti wabah .Orang menyukai memoto atau merekam suatu kejadian dan mengupladnya.
Dampak positifnya bisa menjadi bukti beberapa kasus tapi jika sudah ditahap berlebihan, sampai-sampai hal yang tidak perlu diabadikan pun tetap direkam atau difoto.
Dan yang lebih memprihatinkan, bila ada kejadian yang seharusnya si perekam mampu menolong korban tetapi dia memilih untuk merekam terus. Ini sesuatu hal yang sangat tidak manusiawi.
-Sulit melepaskan diri
Yah walaupun hal produktif sekalipun seperti membaca email masuk, menjawab komentar di blog melalui smartphone orang akan tetap ngak peduli dengan lingkungannya. Orang begitu mudahnya pindah ke dunia maya dan mulai melupakan orang disekitar.
Sangat ironis karena awalnya gadget dimaksudkan untuk menjadi alat komunikasi antar individu dan untuk memudahkan dan mendukung komunikasi, namun sekarang justru menjadi bumerang, menjadi kendala dalam hubungan interpersonal.
Menurut penelitian terbaru, saat ini orang mengecek ponsel sebanyak 150 kali sehari, ini dilakukan tak hanya saat sendirian saja tapi juga di tengah pekerjaan atau ketika bersama pasangan.
Apapun alasannya phubbing tidak bisa diterima
Berbicara sambil tangan asyik dengan gawai merupakan hal yang tak sopan. Sebagian orang akan tersinggung.
Berdasarkan Hasil Penelitian pada 143 individu ternyata 70% tidak bisa lepas dari telepon genggam dan melakukan phubbing. Sedangkan 450 responden yang menjadi korban phubbing, 46% nyata-nyata menjadi korban dari pasangannya sendiri dan sisanya langsung mengomel.
Tuh, ada juga yang ngomel tapi ngak banyak, mungkin dianggap kelumrahan di jaman sekarang.
Maka, dari itu saya membuat penekanan saat komunikasi letakkan gadget sejenak, ajak ngobrol orang di samping dan ciptakan momen menyenangkan bersama orang-orang terdekat yang ada di sekelilingmu.
Selain saat bersama saya juga mewanti-wanti si uda untuk menghadirkan pikirannya ketika berada dalam pertemuan. Walaupun dia merasa bosan, ada orang yang tidak disukai atau tidak membuat nyaman tetap jangan phubbing. Ternyata ini bentuk kesengajaan untuk menghilangkan kebosanan dan memilih untuk mencari keseruan dari gawai.
Tak bisa dipungkiri sejak ada smartphone dan gadget, orang mulai tumpul empati dan ekspresi emosinya. Semuanya datar aja saat berkomunikasi. Orang hanya melakukan pembicaraan yang bersifat datar, dingin dan seperlunya saja karena tidak utuh menghadirkan dirinya. Sebagaian udah masuk dunia Maya.
Hubungan yang hangat didapatkan dengan cara tertawa lepas, sentuhan tangan, pelukan. Kesemua ini akan meningkatkan kesehatan dan daya tahan tubuh.
Jadi gimana? Mau berbincang secara
utuh demi kesehatan atau tetap phubbing.
Sumber:
http://buddhazine.com/phubbing-apa-itu/
0 komentar
Hai... silahkan tinggalkan pesan dan tunggu saya approve ya...
terima kasih udah berkunjung