Dipasar pun ngak bisa menarik nafas, buru-buru beli ini itu biar cepat pulang. Sejujurnya ini hal yang paling nyebelin. Kenapa? ada 2 alasan, pertama ngak fokus bahkan tak jarang lupa mau beli apa. Padahal udah diingat-ingat jelang pergi😒
Alasan kedua ngak bisa zero waste maximal, menyerahkan perkresekan ke pedagang dan tak bisa nolak. Biasanya semua belanjaan kalaupun pakai kantong plastik juga itu udah campur jadi satu. Misalnya membeli bawang merah,putih, kentang itu cukup 1 aja.
Baca: mulai menerapkan zero waste dari hal sederhana
Kalau lagi buru-buru ngak bakal fokus saya ngaturnya. Ya sudah...maafkan aku bumi sekali lagi nyampah.
Walaupun udah berusaha cepat tapi tetap yang namanya telat kejadian juga. Kami tiba dilapangkan orang udah pada bubar.
Orang berbaris kita ke pasar |
Duh,, rada ngak enak tapi kalau ngak ke pasar makan apa ? Pernah saya belanja Senin pagi,ya ampun pusing mau belanja kemana? Tukang sayur off sedangkan pedagang di pasar banyak yang nggak jualan kalaupun ada tapi sisa stok kemaren. Nggak lengkap
'ini pilihan dan bukankah lebih baik menyegerakan urusan kita. Yang namanya Gotong royong ngak jelas kapan selesainya" hiburan si Uda bikin saya sedikit lega
Hari ini ada Goro masal untuk membersihkan lingkungan dalam rangka lomba kebersihan, meliputi lingkungan rumah dan keberadaan toga. Setiap RT di kompleks perumahan terlibat dan ingin menampilkan yang terbaik.
Di acara kebersihan ini mampu bikin hubungan romantis. Bicara romantis kita tak melulu mempersempitnya dengan hubungan spesial kekasih saja. Sebab Defenisinya menurut KBBI online adalah romantis a bersifat seperti dalam cerita roman (percintaan); bersifat mesra; mengasyikkan.
Goro masal diadakan baru kali ini. Jadi euforianya kerasa banget. Bahkan, menurut pengakuan yang udah puluhan tahun tinggal di kompleks belum pernah sekalipun. Padahal, kegiatan kerjasama ini merupakan bukti adanya keselarasan antar sesama dalam komunitas.
Budaya kerjasama yang bersifat sukarela ini masih mengakar di komunitas pedesaan, mungkin inilah alasannya kenapa ditempat kami yang terdiri dari berbagai sosial ekonomi,budaya dan agama belum pernah terlaksana. Akibat kemajemukan ini agak sulit satukan suara
Semua warga berpartisipasi demi menyukseskan kegiatan ini. Mereka keluar rumah semuanya, bahkan ya golongan yang sekedar say hello sama tetanggapun terlibat.
Baru mulai aja goro udah terasa manfaatnya seperti solidaritas terjalin lagi, rasa persaudaraan dan kebersamaan makin erat dan tak jarang waktu yang pas untuk kenalan dengan orang disekitar.
Duh romantisnya.
Ketika bapak-bapak bekerja kami kaum ibu separoh bikin Snack dan makan siang sedangkan yang lain menyapu dan membuang sampah.
Goro membuat orang tak mengenal perbedaan. Semuanya sama bekerja dan menikmati makan siangnya. Bahkan, anak-anak pun bisa duduk bersama dengan orang yang lebih tua di ruangan terbuka sembari menikmati semilir angin yang berhembus dan bikin mata 5 Watt. Ya...ya...lagu lama, habis makan matapun ngantuk. Buah..ha
Kami istirahat sholat sebentar dan mulai lanjut kerja lagi. Saat jam menunjukkan pukul 16.00 kami makan nasi goreng bersama lagi. Nah, jika ada yang tak bisa makan nanti akan diantarkan nasi kerumahnya. Kenyang dan bahagia tetap bersama,duh kurang romantis apa coba.
Azan magrib berkumandang pertanda semua aktivitas harus berakhir.Begitu juga dengan Goro, semua kelelahan hari ini bermakna. Lingkungan bersih dan terang, semua pohon yang menganggu ditebangi. Pembuatan toga dan gapura bisa selesai sehari saja. Kerjasama membuat pekerjaan cepat selesai tanpa harus mengeluarkan kas RT.
Kegiatan romantis yang dibalut kerjasama antar warga ini semoga bisa selalu ada.
Iya bener banget mbak. Hubungan romantis itu pun bisa muncul dalam kegiatan gotong royong. Ya karena manfaatnya bukan cuma bikin pekerjaan tetap selesai tapi hubungan orang-yang ikut gori ini jadi lebih harmonis *yayaya
ReplyDeleteIya... Banget mbak. Orang yang selama ini jarang ketemu bisa interaksi dengan orang lain. Berbaur untuk menyelesaikan goro
Delete