Friday, 1 March 2019

Mulai Merasa Cukup Pakaian Dimulai dengan Membuka Lemari Sendiri

Semenjak IG berjaya bermunculan berbagai tagar  yang memudahkan melacak foto sesuai minat kita. Dari kesemua tagar itu yang tak membosankan untuk dilihat adalah #OOTD

Outif of the day, baju apa yang dipakai hari ini. Konsepnya adalah menunjukkan pakaian apa yang benar-benar dipakai untuk beraktivitas dalam satu hari. Tak sekadar memamerkan gaya saja , lebih kepada semacam rekomendasi untuk padu padan apalagi bagi hijaber. Rasanya agak gimana gitu kalau tabrak warna.

Pecinta fashion mulai dari fashion blogger, fashion editor, model, selebriti dan juga fashionista sering menggunakan hashtag untuk menunjukkan gaya khas .Kehadiran mereka ini menjadi cara baru untuk mendongkrak penjualan online. Cara kerjanya sederhana, cukup memposting gambar diri memakai busana dari label yang mengendorse disertai caption nama brand.

Keuntungan dari sistem ini pun dirasakan oleh kedua belah pihak yang bekerjasama. Si pengiklan (selebgram) mendapatkan suplai baju untuk OOTD tanpa perlu keluar uang. Sementara pihak brand bisa promosi gratis , bukan rahasia lagi penggemar tak segan mengikuti gaya idolanya termasuk dalam cara berpakaian. Akibat terjadi penumpukan pakaian yang dibeli karena rasa penasaran pantaskah saya menggunakannya .

Berbeda dengan diingris, kaum milenial tetap menggandrungi ootd tapi akan menjual kembali pakaian yang telah dibelinya. Berdasarkan data perusahaan penyedia jasa kartu kredit asal Inggris Barclaycard,  pada Agustus 2018,  1 dari 10 orang membeli baju dengan tujuan untuk dikembalikan setelah mereka mengunggah foto di Instagram bersama busana tersebut.

Fenomena pakai dan jual kembali pakaian membuat Lini retail daring Asos dan Boohoo membentuk sistem pengelolaan  pengembalian barang. Bahkan, mereka  melatih para staf agar lebih terampil dalam merawat barang yang dikembalikan pelanggan. Bagi mereka, fenomena ootd  satu mata rantai dari proses penjualan barang tanpa takut merasa rugi.

Penggunaan ootd melahirkan sifat konsumtif dan inferior. Membeli tanpa butuh. Bahkan berhasil membuat banyak orang berpikir bahwa haram hukumnya mengunggah foto dalam busana yang sama. Tak jarang merasa rendah diri, cemas kalau tak update foto dengan busana berbeda.

Pada tahun 2017, badan amal Hbbub pernah melakukan penelitian terhadap pria dan wanita berusia 18-25 tahun terkait kenyamanan mereka dalam mengenakan busana. Hasil penelitian menunjukkan 47% wanita merasa perlu mengenakan busana berbeda setiap bepergian. Survei tersebut juga menunjukkan satu dari enam orang enggan mengunggah foto di media sosial dengan busana yang sama.

Melihat hal ini blogger fesyen asal Amerika Serikat Stassi Schroeder bahkan menggagas libur OOTD Day.  Usaha yang dilakukan dengan menggalang petisi dan pada Juni lalu, ia mengunggah foto diri di samping sertifikat yang menunjukkan hari OOTD nasional sudah resmi diusulkan ke sebuah situs bernama National Day Calendar pada tanggal 30 Juni.

Harapannya orang tak lagi belanja pakaian hanya untuk difoto kemudian tak lagi menggunakan. Demi mewujudkan upaya zero waste. Ternyata pakaian menyumbang sekian persen untuk pencemaran lingkungan.

Jadi,cara terbaik zero waste adalah merasa cukup dimulai dari lemari. Artinya nggak membeli pakaian kalau tak butuh. Gunakan yang ada dilemari, lalu bagaimana dengan ootd? Tak perlu ikut-ikutan .
 

No comments:

Post a Comment

Hai... silahkan tinggalkan pesan dan tunggu saya approve ya...
terima kasih udah berkunjung