Bicara jilbab ngak ada habisnya.Selalu menarik untuk dikupas. Dimulai dari sejarahnya, cara pemakainya bertahan dari gempuran ketidaksukaan orang, jilboob, prilaku pemakainya dan terakhir jilbab syar'i sebagai sebuah trend
Ngak tau pastinya kapan jilbab syar'i booming. Mungkin sejak banyak artis yang make, padahal sebelum ini sudah banyak yang gunakan. Tak bisa dipungkiri artis selalu jadi magnet untuk tren.
Sebelum lanjut, bedakan dulu arti jilbab, hijab,kerudung, dan khimar. Jilbab adalah pakaian longgar yang menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Syarat lainnya tidak transparan dan tidak membentuk lekuk tubuh.
Jadi semua pakaian bisa digunakan tidak terbatas dengan gamis jika bicara pakaian muslimah. Dalil tentang hijab ada di QS Al-Ahzab : 59
Hijab berasal dari bahasa Arab artinya menutupi atau penutup. Bicara penutup cakupannya udah luas tak hanya pakaian tapi bisa juga tirai, kelambu, papan pembatas dan pembatas atau lainnya. Dalilnya ada di QS Al-Ahzab : 53
Kerudung adalah penutup kepala wanita dan tidak hanya muslimah saja yang memakainya, banyak wanita non muslim yang menggunakannya.
Khimar adalah kerudung panjang yang terulur menutupi kepala hingga ke dada. Adapun dalilnya terdapat dalam di QS An-Nur : 31. Jadi jika ingin menutup aurat yang benar ya pakai khimar, kalau belum ada cukup kerudungnya tak usah digaya-gayakan yang berlebihan mengakibatkan dada tidak tertutup.
Kesimpulannya kalau bicara jilbab kita udah membahas head toto yang tak sekadar membungkus tubuh tapi lebih dari itu pembeda antara kita dengan wanita non muslimah. Caranya ya tidak menerawang, longgar dan menutup dada.
Kini muncul kata hijab syar'i, awalnya saya tergelitik loh. Apalagi setelah tahu arti hijab sebagai penutup ditambah lagi syar'i. Lucu aja padanan kata ini
Tapi ya sudahlah, daripada mendebatkan penempatan kata lebih baik kita pahami saja. Hijab syar'i ini dipakai oleh seseorang yang tingkat pemahaman agamanya tinggi, mereka ngak mau memakai pakaian menyolok tapi ingin menutupi, melindungi, membedakan, membatasi bukan untuk mempercantik diri atau menarik perhatian sehingga tak jarang warna favoritnya adalah monokrom. Saya rasa anggapan semua orang kayak gitu.
Ternyata kita salah, tak ada yang bisa menilai seseorang dari luar. Panjang dan lebar (tidak ngepas dibadan) bukan ukuran ketakwaan seseorang. Mereka manusia biasa seperti kita. Contoh yang lagi hangat tentang seorang ibu yang berhijab syar'i tapi kesal tak kepalang mendorong anaknya keluar mobil karena ngak mau les.
Jadi ingat pepatah lama, dont judge book from the cover. Ah.. Sudahlah jangan judge orang.
Jadi, kehadiran hijab syar'i ini seperti metamorfosa dari kerudung yang memiliki aneka warna, bentuk, motif dan bahan pembuatnya. Munculnya tutorial menggunakan kerudung yang beranekaragam, membuat penggunanya makin cantik. Seolah pesannya begini, tanpa rambut terlihatpun aku masih bisa cantik. Booom... mmmm, banyak yang mulai berkerudung dengan gaya beragam salah satunya turban.
Hijab syar'i muncul sebagai jawaban untuk tren kerudung cantik ini. Kehadirannya seolah menegaskan ini lho jenis jilbab yang sesuai syariat.
Nah, saat tren syar'i ini muncul warnapun beragam tak lagi polos dan gelap. Warna cerah bahkan bermotif pun melengkapi busana muslimah (gamis) dan hijab syar'i. Akibatnya adalah yang menggunakan tak lagi sebatas ibu-ibu aja tapi juga gadis.
Salahkah ini? Ngak, semua dikembalikan kepada pemakainya sudahkah mengenakan sebagai mana mustinya.
No comments:
Post a Comment
Hai... silahkan tinggalkan pesan dan tunggu saya approve ya...
terima kasih udah berkunjung