Wednesday, 3 April 2019

Majalah Riwayatmu Kini dan Hal yang Ngangenin Tentangnya

Momen pulang kampung saya manfaatkan untuk silaturahmi dan kulineran. Yups, kali ini saya, ingin silaturahmi ke lapak koran, tabloid dan majalah. Lapak ini memberikan kesan dalam dimasa lalu, itu didapatkan tak hanya dari jenis yang mereka jual tapi juga dari personalnya.

Jadi, ada 2 lapak berhadap-hadapan yang menjual kertas (koran, tabloid dan majalah). Mungkin karena saya suka baca dan merasa dapat harta karunlah saat berkunjung ke sana.

Tau ngak sih, saat berada dilapak tersebut saya habiskan waktu berjam-jam untuk membaca gratis tabloid.  Apakah pemiliknya tahu?  Tahulah! Lapaknya boleh kecil dan disisi sampingnya tersusun berbagai bahan bacaan. Tak ketinggalan disetiap sisinya depan dan samping digantung tabloid yang akan menghalangi pemandangan tapi mereka mampu mengawasi. Buktinya saya sering ke gap loh. Buaha... ha...

Kedua lapak yang bersaing ini memiliki cara berbeda  dalam menghadapi pelanggan. Lapak A rada sangar kepada orang seperti saya ( pecinta baca gratisan), tak segan menegur dan merengut. Sedangkan lapak B cukup mendehem dan senyumin. Personal keduanya udah jadi rahasia umum.

Majalah riwayatmu kini 

Bertambah umur maka beda pula majalah yang saya baca. Masa SD saya suka banget dengan bobo dan robekan ummi.

Majalah bobo ada beberapa kali dibeli dan kalaupun ngak mampu cukup nebeng ke rumah anak teman ayah. Sedangkan majalah ummi ngak pernah dibeli sekalipun karena takkan ada yang membaca. Mereka hanya menyelipkan beberapa halaman untuk bacaan anak-anak. Mubazirkan?  Ketika main ke rumah saudara barulah saya puas baca robekan ummi yang telah dijilid.

Menjadi remaja , majalah saya sudah berubah jadi aneka yes dan annida. Dan ketika kuliah rasa ingin tahu yang besar sehingga majalah politik, kesehatan dan misteripun saya lahap.

Kini beberapa majalah yang disukai tinggal nama. Kejayaannya telah terbunuh oleh keberadaan media digital. Semua hal yang ingin diketahui informasinya cukup dengan google aja. Kita bisa membaca dari banyak sumber sehingga sudut pandang lebih luas. Dan tak jarang terjebak dengan hoax, begitulah sisi negatifnya.

Abad ini media cetak termasuk majalah dilanda badai krisis, beberapa mencoba menjadi media online dengan masih memasarkan dalam bentuk fisik. Maksudnya sebagai pertanda mereka (majalah) masih ada tapi nampaknya tak berhasil. Dan pada akhirnya jenis bacaan ini tumbang dihantam ganda baik itu dari digital dan krisis finansial.

Hal yang diingat tentang majalah 

Majalah pernah jaya dimasanya dan saya selalu punya kenangan tentangnya

1.mengingat tanggal terbit
Hari yang menyenangkan adalah saat majalah favorit terbit. Agar tak ketinggalan tak jarang ada yang melingkari kalender sebagai pengingat.

Saya ngak segitunya karena jarang membeli majalah, uang saku ngak memungkinkan . Walaupun begitu nggak pernah melewatkan membacanya. Rela antrian kesekian untuk membacanya.

Sedangkan majalah khusus seperti politik, kesehatan dan misteri saya beli yang bekas. Jenis ini agak sulit cari gratisan, bua.. ha..

2.poster idola
Ini yang ditunggu remaja, bisa mendapatkan poster idola yang ditempelkan didinding. Bahkan sebuah kebahagiaan saat memiliki posternya dan saya pernah berada dimasa itu. Membongkar majalah bekas demi mendapatkan poster betty lapea.

Pada masa itu majalah merupakan wadah terbaik mendapatkan informasi idola yang lengkap. Penyajiannya mulai dari nama lengkap, umur, hobi, motto, pengalaman berkarir sampe pesan khusus buat para pembaca.

3.bonus
Beberapa majalah sering ngasih bonus walaupun tak tiap bulan,misal pin, pembatas buku, CD sampe buku agenda.

4.Kunci gitar beserta liriknya
Adanya kunci gitar didalam majalah bikin cowok tak sabaran ingin menuju halaman ini. Biasanya kami nyanyi bareng diiringi  gitar

5.pemilihan model
Majalah sering mengadakan pemilihan modelnya. Walaupun saya ngak pernah ikutan ajang ini secara saya sadar diri.

Seru aja menurut saya melihat wajah para modelnya yang imut-imut dan tanpa makeup berlebihan. Dan tak jarang kita jadi saksi perjalanan karier mereka.

6.sumber informasi lengkap
Dalam satu waktu kita bisa tau berita dan informasi terbaru seperti musik, film, gaya hidup, sampe profil idola.

Gempuran media digital itu terlihat dari platform informasinya lebih praktis, tapi hanya koran yang mampu menahannya dengan masih terbit tapi ruang lingkup kecil. Contohnya Koran perwilayah seperti padang express.

Mungkin karena koran punya peminat sendiri yaitu pembaca tradisional yang gemar membaca sesuatu informasi tanpa gangguan iklan-iklan seperti ketika membaca berita online di internet.  Kekuatan dari media cetak yang tidak ada dari media yang lain.

Media cetak merupakan media yang telah berabad-abad lahir dan itu terus ada hingga detik ini, tapi jumlah dan jenis terbatas. Yups, kedua lapak langganan saya kini tinggal 'menghitung nafasnya'. Lapak B masih berjualan koran dengan jumlah terbatas sedangkan lapak A telah beralih fungsi sebagai tempat penjualan jam.

Majalah dan tabloid telah banyak yang tinggal kenangan tapi saya bersyukur pernah berada dimasa itu dan merasakan keuntungannya yaitu mampu untuk membaca cepat dan paham apa maksudnya. Kenapa? Terbiasa membaca teks yang panjang dengan berbagai tema .

Entah apa jadinya anak cucu kita nanti ketika kehilangan sumber bacaan yang kaya diksi seperti majalah.

4 comments:

  1. Haha jadi inget banget dulu pengen daftar Cover Girl majalah, tapi urung karena tinggi badan kurang semampai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masa itu jadi cogir kebanggaan, mungkin karena untuk bisa jadi cover majalah
      butuh perjuangan dan doa.

      Delete
  2. Iyaya kangen yaa.. dulu hobiku kumpulin pin up keanu reeves. Tempo hari beres2 nemu harta karun.. sekarang bingung mau diapain haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masa itu semangat berburu pin up artis dan masa kini bingung mau diapain. Ha...ha..

      Delete

Hai... silahkan tinggalkan pesan dan tunggu saya approve ya...
terima kasih udah berkunjung