Tak hanya Sekedar Pawai Ta'aruf Tapi Juga Ada Hal Lainnya dari Penyambutan Ramadhan
May 07, 2019
Kelap cahaya bintang, suluhan obor ditambah riuhnya suara para khafilah. Tak ketinggalan juga suara panitia ikut menambah kebisingan malam ini.
Agenda tahunan ini merupakan bentuk penyambutan ramadahan dan kami menamakan dengan pawai ta'aruf. Normalnya diadakan sekali setahun, kenapa ada kata normalnya? Tahun lalu tidak diadakan lantaran bertepatan dengan stop mesin, kemungkinan mati lampu dan air kondisi yang ngak memungkinkan mengadakan acara seperti ini
Hidup dilingkungan perusahaan ya gitu, harus menyesuaikan dengan segala hal demi kenyamanan bersama.
Acara penyambutan ramadan ini diikuti oleh seluruh warga dan sebelum memulai nya setiap peserta per RT akan membuat sebuah kreasi bertema islam dan diarak keliling. Penilaian untuk setiap kafilah (peserta) berdasarkan kekompakkan, kreatifitas dan jumlahnya.
Di tahun ini kami punya target bisa masuk nominasi, dan untuk itu perlu bikin konsep yang matang. Setiap orang diminta ngasih usul
Beberapa Minggu sebelum pelaksanaan barulah ketemu kata sepakat sebab kami terdiri dari berbagai suku. Ide yang dieksekusi jangan sampai menonjolkan satu pihak aja.
Dan akhirnya memutuskan bikin miniatur mesjid raya Padang, Kenapa pilih ini? Sebab tampilan mesjidnya unik dan saat bikinnya butuh detail. Semoga dewan juri melihat ada usaha yang besar didalam sebuah miniatur.
Saya melihat semangat bapak-bapak patut diacungi jempol. Dari mereka memikirkan konsep, eksekusi bahkan ya dihari mau acara masih Goro untuk mempercantik tampilan masjid raya Padang ini.
Usaha ibu-ibu pun boleh juga, walaupun tanpa seragam mereka menyesuaikan konsepnya dari cara berpakaian. Menggunakan atasan baju kurung, bawahan kain dan kepala diikat. Yah, kalau dilihat udah seperti baju kurung minang model lama(ukurannya panjang dan dalam)
Sedangkan untuk bapak-bapak dan remaja menggunakanpakaian Koko dan sarung. Duh, serasa dikampung melihat gaya seperti ini.
Jam telah menunjukkan pukul 20.30 wib acara belum jua dimulai. Panitia sibuk menginstruksikan peserta setiap RT untuk membentuk barisan tapi ya gitu deh sangat sulit bikin barisan rapi. Kegaduhan ini disempurnakan oleh tangisan anak-anak balita yang bosan dan ngantuk.
Nyatanya, hal ini ngak bikin para ibu balik arah. Mereka masih keukeh dilapangkan mengikuti acara ini. Sembari membujuk anak-anak mereka dengan jajanan yang dibawa dari rumah.
Acara ini tak sekadar penyambutan bulan suci tapi juga ajang berkumpul dengan sesama warga bahkan beda RT. Entah kapan lagi bisa ketemu dan ngobrol lama kalau bukan saat ini. Sayang banget melewatkannya bukan?
Tepat pukul 21.00 acara dimulai para khafilah berjalan rapi didepan panitia dan 10 menit kemudian kekacauan barisan terjadi lagi. Untungnya pembawa obor dan penggotong miniatur masjid masih rapi dan memberi kode saat melewati pos panitia.
Apakah seperti semua kafilahnya? Yups, semua RT kayak gitu dan tersangkanya ibu-ibu. Duh power of emak-emak, sen kiri belok kanan, buaha..ha
Malam itu diumumkan langsung pemenangnya dan RT kami masih belum beruntung. Tapi kalau dilihat dari kekompakan dan kreativitas kami mah juara, sayangnya masih kalah terang sama lampu Tumblr kafilah lain.
Jadi, miniatur masjid raya kami belum memancarkan cahaya maximal. Tak apalah, pepatah bilang kalau kemenangan kesuksesan yang tertunda.
Walaupun belum menang kami merasakan atmosfir kekompakkan dimulai dari Goro sampai menggotong miniatur yang berat itu bergantian sebab kami pakai kayu bukan dari sterofoam.
Capek jalan acara kami selanjutnya adalah makan bersama. Wagelah , pukul 22.30 masuk makanan berat, buaha...ha .
0 komentar
Hai... silahkan tinggalkan pesan dan tunggu saya approve ya...
terima kasih udah berkunjung