Monday, 21 October 2019

Berada DiEra Digital, Koperasi pun Harus Digital


Perkenalan intens seorang anak dengan koperasi saat sekolah dasar, dia diajari belanja dikoperasi lebih murah pastinya bikin untung bagi dirinya. Sesederhana itu

Hal sederhana ini tertanam dipikiran dan berlanjut sampai sekarang, tak hanya keperluan sekolah saja kebutuhan harian pun belanja dikoperasi.  Walaupun bukan anggotanya.

Ketika butuh dana cepat dan ringan bunga saya memberanikan diri bergabung dengan koperasi guru, padahal orang luar. Ternyata saya tak sendiri teman-teman lainnya juga begitu. Namanya koperasi guru tapi isinya berbagai profesi 😅.

Koperasi sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa


Bertambah umur, saya mengetahui bahwa koperasi memiliki manfaat yang luas untuk membantu perekonomian masyarakat dan pembangunan khususnya produk domestik bruto (PDB).

Koperasi mampu membantu perekonomian rakyat dengan mengedepankan semangat kebersamaan. Contohnya petani desa butuh pupuk dan belum ada uang untuk membelinya, maka dia akan meminta bantuan kepada Koperasi unit desa (KUD).

Dia tak perlu bingung mencari pupuk, atau kebutuhan untuk bertani, semua udah ada dikoperasi. Namun, ini terjadi jika sudah menjadi anggota koperasi. Anggota lebih diutamakan dari orang luar.

Ini salah satu contoh sederhana koperasi membangun ekonomi secara gotong royong. Tak hanya KUD saja, setiap koperasi yang bergerak dalam bidang apapun tujuan akhirnya adalah meraih kesejahteraan bersama.

Bersatu dalam sebuah wadah koperasi, akan ciptakan ekonomi lebih kuat. Kenapa? Badan usaha ini menganut prinsip ekonomi kerakyatan berasaskan kekeluargaan.

Mendengar kata asas kekeluargaan, akan tertuju pada pasal 33 UUD 1945 bukan? Yups, koperasi merupakan pengaplikasian dari pasal tersebut. Tak cukup sampai disitu, ada undang-undang memperjelas koperasi yaitu UU No. 25 Tahun 1992

Koperasi berperan secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan anggota, tak hanya itu saja, masyarakat di sekitarnya pun terbantu.

Trus negara secara ngak langsung akan mendapatkan PDB, menurut data koperasi berkontribusi sebesar 4,48% PDB. Meskipun kecil angka ini sedikit lebih baik dibandingkan tahun 2016 yakni 3,99%.

Transformasi Digital koperasi 


Koperasi tak bisa seperti dulu, ia harus  bergerak mengikuti era teknologi. Transformasi digital sudah menjadi keniscayaan bukan lagi sebagai tren maupun fenomena semata. Realitas ini tidak bisa dihindari jika tidak ingin tertinggal atau dilupakan.

Jangan sampai koperasi sebagai pilar ekonomi yang sejalan dengan jiwa Pancasila, tak lagi relevan dan sejalan dengan kebutuhan masyarakat , lantaran belum mampu merespon perkembangan zaman.

Bicara koperasi, sasaran kita tak lagi orang 'tua' tapi juga generasi muda termasuk didalamnya kelompok milenial. Indonesia punya bonus demografi kaum milenial, jika bisa 'ditangkap' sangat baik.

Membuat generasi milenial terseret ke dalam koperasi susah- susah gampang. Ketika bicara badan usaha ini, mereka akan mengidentikkan dengan sesuatu old' , tapi itu ngak bakal terjadi arus informasi deras dan adanya bentuk nyata transformasi digital koperasi.

Salah satu contoh koperasi digital adalah GoJek.

Baca: unduh Super app GoJek untuk memudahkan hidup

Transformasi koperasi memiliki tantangan, tak hanya sekedar mengubahnya dengan teknologi , namun menyangkut persoalan mindset dan sumber daya manusia (SDM)


1.Konsep Pengembangan Koperasi Era Digital


Keberadaan suatu koperasi cukup dengan kantornya secara fisik, selebihnya segala hal dengan online.

Koperasi memiliki website atau aplikasi yang memudahkan anggota dan pengurusnya saling berhubungan. Pelayanan seperti peminjaman,cek SHU,pembelian barang dsbnya via online.

Apa saja yang harus ada pada koperasi jaman now?

  • Digital accessibility (Kemudahan Akses Digital) 
Fintech saat ini diminati karena kemudahan dalam bertransaksi. Siapa yang menyangka pinjam uang hanya dalam hitungan menit? Koperasi harus bisa memberikan kemudahan akses dalam layanan seperti halnya fintech


  • Digital necessary (Memenuhi Kebutuhan Era Digital)  
Kerasa banget dijaman sekarang ini kebutuhan tersier berubah menjadi sekunder. Contohnya pulsa/kuota, alat pembayaran seperti, ovo, gopay,  e-donasi, dsbnya.


  • Digital life style (Gaya Hidup Era Digital
Kemajuan teknologi menggeser gaya hidup dari manual menjadi digital. Koperasi harus mengikutinya dengan menyediakan fasilitas seperti e-banking, SMS banking dan mobile banking.

2. Perubahan mindset 

Image koperasi sebagai ekonomi kelas dua masih tertanam dalam benak, sehingga sulit berkembang.

Mindset yang berkembang membuat koperasi harus dinikmati oleh segelintir orang saja dan tentu perputaran uang tak seberapa.

Badan usaha ini sebenarnya mampu lebih besar maju dan punya daya saing dengan perusahaan – perusahaan besar melalui Ekonomi Kolaborasi.

3. SDM nya 


Kebanyakan anggota berpikir dirinya hanyalah konsumen saja, padahal mereka juga pemilik, sehingga tidak berpartisipasi menyumbang saran demi kemajuan koperasi.

Selain  itu anggota juga berhak mengawasi kinerja pengurus untuk mencegah penyelewengan dana.

Perekrutan anggota terutama pengurus koperasi harus memperhatikan keterampilan didunia digital. Ini harus diperhatikan untuk mengembangkan berbagai inovasi yang sesuai dengan kemajuan di era digital.

Mengoptimalkan teknologi untuk meningkatkankan kualitas koperasi harus dilakukan.

No comments:

Post a Comment

Hai... silahkan tinggalkan pesan dan tunggu saya approve ya...
terima kasih udah berkunjung