Ta'aruf an, Proses Kilat Tapi Bisa Meraih Kebahagiaan
July 27, 2020Sebenarnya ta'aruf sudah sering didengar dikalangan umat Islam dan prakteknya banyak dilakukan, sayangnya ini terasa asing lantaran tertutup oleh budaya pacaran. Rasanya menikah tidak akan bahagia tanpa pacaran. Ada anggapan pacaran bisa kenal kepribadian karena intens komunikasi. Benarkah?
Hidup bisa bahagia dengan Ta'aruf
Ta'aruf artinya berkenalan baik diri sendiri maupun orang lain. Istilah ini awalnya dipakai dalam pergaulan pertemanan atau persahabatan. Diharapkan setelah berkenalan akan menemukan sahabat baru. Namun kini mengalami penyempitan makna yaitu pernikahan. Jika bicara ta'aruf yang tergambar adalah ada 2 orang yang saling mengenal untuk menggenapkan setengah diennya.
Pelaksanaan ta'aruf terutama untuk menikah banyak yang gagal paham caranya. Saat melaksanakannya masih jalan berdua dan komunikasi intens. Jangan sampai mau dikaburkan oleh kata ingin kenal lebih dekat tapi komunikasi intim. Ta'aruf dan pacaran tak bisa bercampur aduk.
Perbedaan ta'aruf dengan pacaran
Ta'aruf tujuannya untuk proses penjajakan untuk menemukan pasangan dan waktu yang dibutuhkan sampai terjadi pernikahan tidak lama. Sedangkan pacaran sekedar kenal lawan jenis dan tidak semua ada komitmen untuk menikah. Umumnya perlu waktu lama dan merasa cocok barulah pernikahan berlangsung. Pada pacaran kemungkinan terjadi zina dan ada drama saat putus.
Tujuan akhir dari ta'aruf adalah mengenali karakter masing-masing calon pasangan untuk menuju ikatan suci, halal dan diakui oleh masyarakat. Semua yang terlarang kini boleh dilakukan setelah menikah bahkan bernilai ibadah. Pada pacaran tak ada ikatan resmi, hanya sebuah nama yang bernama cinta . Atas nama cinta yang membuat kita bisa pergi berduaan saja tanpa merasa takut, bahkan melupakan ada pihak ketiga bernama setan.
Pacaran selalu menjerumuskan kepada perbuatan dosa dan asusila, Ini mengarah ke zina dan Allah Swt sudah memberi peringatan. “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. Al-Israa’ 32). Jika mendekati saja dilarang, maka perbuatan itu lebih berbahaya lagi akibatnya.
Perbedaan lain ta'aruf dan pacaran adalah dari sifat yaitu tertutup dan rahasia. Saat ta'aruf tak banyak yang tahu, hanya orang terdekat saja atau orang yang membantu. Kalaupun batal tak akan diketahui orang banyak. Beda dengan pacaran diketahui oleh khalayak ramai, pergi ke sana kemari dan kalau pun putus diketahui orang. Tak jarang ada drama , bahkan bisa jadi sandungan saat telah menikah dengan orang lain.
Ta'aruf ada batasan waktu dan prinsipnya lebih cepat lebih baik. Jika cocok menuju pernikahan dan biasanya jangka waktunya dalam hitungan bulan saja. Berbeda dengan pacaran perlu waktu lama untuk mencari kecocokan tak jarang hitungan tahun. Perbedaan terakhir antara pacaran dan taaruf adalah cara komunikasi, yaitu hanya khusus untuk kebutuhan pernikahan saja tidak boleh lebih dari itu. Kalau pacaran komunikasi kelewat batas dan tak jarang jadi gombalan
Cara ta'aruf yang benar menurut ajaran islam
Tak ada panduan yang saklek dalam ta'aruf. Intinya saat dilakukan harus mengikuti adab dalam Islam yaitu ditemani oleh pihak ketiga dan lebih baik mahramnya. Tujuannya mencegah berduaan sehingga peluang mendekatkan diri dengan zina tidak terjadi.
Pelaksanaan perkenalan dalam Islam ini ada 2 bentuk yaitu bertukar biodata kemudian dilanjutkan dengan mengadakan pertemuan yang didampingi mahramnya. Biasanya cara ini dilakukan oleh orang yang ikut kajian/organisasi disuatu tempat. Atau dengan menanyakan langsung melalui orang tua, saudara atau teman si calon apakah bersedia ta'aruf. Jika "Iya" barulah bertemu
Dalam pertemuan pertama itu biasanya dibahas tentang banyak hal yang menyangkut masa depan dan harapan masing-masing. Secara tak langsung udah dapat gambaran seperti apa calon pasangan sebelum memutuskan untuk melanjutkan ke proses lamaran.
Pengalaman menikah dengan cara ta'aruf
Larangan pacaran berlaku di rumah kami, awalnya dari masa sekolah yang dianggap menganggu konsentrasi. Setelah bekerja udah bisa memilih tapi tetap tak jua mau terikat dengan orang tanpa hubungan yang tak jelas. Mungkin bosan dengar teman nangis dan berantem sama pacarnya, jengah melihat banyak orang yang diatur oleh orang lain yang merasa berhak mengatur padahal hanya sekedar kekasih. Pengennya ketemu orang yang serius kemudian langsung ngajak ke pelaminan.
Saya penasaran bagaimana orang dahulu yang merupakan produk perjodohan bisa awet dalam hubungan, bahkan bisa menua bersama. Pernah saya tanyakan pada orang tua bagaimana bisa hidup bahagia dengan orang asing (yang jadi pasangan). " Karena meniatkan kepada Allah SWT untuk mendapatkan keberkahan rumah tangga, maka Allah beri kemantapan hati " demikian penjelasan orang tua saya.
Bertemu dengannya tanpa ada rasa
Suatu hari, seperti cerita dongeng ya😄. Seorang teman ibu datang ke rumah untuk mengantarkan undangan, iseng-iseng ibu saya minta tolong carikan jodoh. Melihat tanda untuk membawa orang ke rumah tak jua nampak, padahal umur telah lebih seperempat abad.
Inisiatif ibu saya berbuah manis, sebulan kemudian kami bertemu. Model ta'aruf kami ekspres, tak ada tukar biodata. Bertemu dengan ditemani orang tua kemudian diberikan waktu untuk bicara berdua. Di situ kami ngobrol seputar visi dan misi, cara pandang terhadap sesuatu, finansial dan parenting. Mungkin terlalu cepat membicarakan bagian parenting dan finansial, tapi menurut saya sebelum menikah perlu membahasnya.
Mungkin tidak bisa to the point tentang uangku atau berapa jatah bulanan tapi bisa kok ditanyakan secara samar. Begitu juga dengan parenting. Nanya-nanya dan ngulik-ngulik itu penting karena disitulah akan ketahuan seperti apa orangnya.
Tak ada rasa kecewa atau sedih jika gagal, begitulah enaknya ta'aruf tapi kekhawatiran beli kucing dalam karung selalu ada. Maka dari itu jika ingin taarufan minta bantuanlah pada orang yang dikenal.
Komunikasi hilang sesaat tapi masih galau
Dalam memilih pasangan hendaknya sekufu, tak hanya syarat seagama saya juga memilih yang strata pendidikan sama. Sedangkan untuk pekerjaan tak ada kriteria khusus, asalkan sudah ada pekerjaan tetap dan halal itu sudah cukup.
Pertemuan pertama kami klik dan untuk lebih meyakinkan dibawa sholat istikharah. Ini bukan ditikung sepertiga malam ya! Setelah itu diadakan persiapan pernikahan. Komunikasi dalam ta'aruf dibatasi hanya untuk persiapan pernikahan saja. Sedangkan untuk kenal lebih dekat saya wawancarai saudara dekat si Uda.
Pembicaraan kami berlanjut dengan WA dan itu sebatas soal nikah meliputi konsep,mahar dan tempat tinggal. Setelah itu si Uda menghilang tak ada kabar dan tak mungkin juga saya hubungi. Ingat, komunikasi terbatas. Jujur saya galau lantaran bisik-bisik tetangga bikin insecure. Ada yang batal menikah padahal semua udah siap, tuh yang kayak gini toxic banget.
Ta'aruf bikin bahagia dan berkah
2,5 bulan setelah bertemu kami pun menikah. Setelah menikah barulah mulai pacaran halal, mengenal karakter lebih mendalam, belajar peka kepada pasangan. Dan Jujur sebuah tantangan besar, harus bisa kenal dan bahagia dalam waktu singkat. Saya menjalaninya dengan tenang sehingga menimbulkan kebahagian. Semoga bisa sakinah mawadah wa Rahmah.
Tantangan lainnya adalah memberikan makanan yang lezat dan sehat, yang pasti harus lebih mahir dari masak mie! Halaah, kok bahas mie! Jadi saya tidak mahir memasak dan baru maximal belajar setelah menikah. Sebelumnya saya paham kok kegunaan rempah dan rimpang. Intinya masih bisa bedain mana ketumbar dan merica🤣 .Saya percaya semua orang bisa memasak jika ada keinginan untuk belajar apalagi di masa sekarang, berbagai tutorial masak banyak jadi tinggal browsing saja.
So yeah , ladies jangan takut menikah tanpa pacaran. Bahagia itu diciptakan dari kesabaran dan keikhlasan dalam menerima kekurangan, tapi sebelum siapkan mental karena menikah itu tak segampang yang terlihat.
2 komentar
Zaman sekarang ta'aruf lagi ngetren ya kak, hehe..
ReplyDeleteIya.... Tanpa sadar udah jadi bagian dari tren KK.
DeleteHai... silahkan tinggalkan pesan dan tunggu saya approve ya...
terima kasih udah berkunjung