Tuesday, 26 September 2023

Mari Meniru Cara Detox Gadget Ala Kampung Lali Gadget


Usia anak itu sudah 4 tahun tapi belum bisa berbicara bahkan mengucapkan 2 kata pun belum mampu. Gregetan rasanya, saat mengetahui penyebabnya  adalah orangtua yang memberikan gawai dalam hal ini smartphone. Jujur agak membingungkan, seberapa sibuk sampai mereka memberikan 'pengasuhan balita kepada smartphone.  

Solusi orangtua dalam mengasuh anak bernama smartphone 

Keberadaan gadget jadi solusi instan bagi orangtua untuk menjadikannya sebagai baby sitter. Ingin anak makan lahap, tidak tantrum atau ingin pintar maka diberikan smartphone. Padahal, sebelum kenal benda ini anak baik - baik saja.  

Bahaya Balita kecanduan smartphone 

Orang dewasa saja bisa kecanduan smartphone apalagi  balita yang mereka belum ada kontrol terhadap sesuatu.  Mereka akan kebablasan menatap layar berjam-jam. 

Keberadaan smartphone  memberikan dampak positif dan negatif.  Semua kegiatan  dengan mudah dilakukan bila dalam ponsel pintar ada aplikasi  yang dibutuhkan. Selain itu  dampak hiburan pun akan dirasakan. Dampak negatifnya kecanduan dan kurang sosialisasi. 

Balita pun akan mendapatkan dampak positif dari penggunaan smartphone, namun tidak seberapa bahkan bisa digantikan.  Misalkan ada yang  mengatakan membuat anak pintar lantaran ada permainan  dan nyanyian didalamnya.  Iya... tapi kesemua itu bisa dilakukan oleh orang disekitar anak. Bukankah ketika anak ingin pintar mengelompokkan warna bisa dilakukan langsung tanpa bantuan benda canggih ini? 

Dampak negatif gadget lebih menakutkan ,  entah itu dari kesehatan dan psikisnya. Masa balita diisi dengan stimulasi yang bermanfaat,  anak dibiarkan bermain dengan sekitarnya, mereka bebas tertawa,  bergerak aktif, berceloteh riang . Alih-alih seperti itu mereka lebih banyak diam sembari menatap layar ponsel pintar berjam-jam. Hal ini membuat  kesehatan mata terganggu, berbagai masalah kesehatan lain pun bermunculan.

Tak cukup kesehatan saja, secara psikis membuat kecanduan, mereka akan lebih tempramen, agresif atau tantrum untuk anak balita. Aspek sosial pun mereka tidak mudah berteman lebih senang menyendiri. 
membuat anak lupa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Kondisi ini bisa berdampak pada psikologis anak, seperti percaya diri, menghilangkan ketertarikan pada aktivitas bermain atau melakukan kegiatan lain.

Bermain merupakan kebutuhan utama anak

Sejatinya,  balita tidak butuh mainan mahal bahkan smartphone untuk pintar. Mereka hanya butuh permainan yang mampu menstimulasi tumbuh kembangnya.  Harus dipahami dari usia 0-6 tahun, anak akan mempelajari interaksi meliputi dengan orang tua, orang dewasa, dan merasakan alam. Jadi dipahami bahwa permainan untuk anak yang  bagus adalah lingkungan yang terdekat dengan dirinya. 

Sebuah ungkapan mengatakan mainan terbaik seorang anak adalah tubuh ayah dan ibunya.  Di sini disimpulkan apapun kondisi sediakan waktu untuk  bermain bersama anak.  Tak perlu lama cukup 15-20 menit setiap harinya.  

Ketika orangtua sudah mengalokasikan waktu untuk anaknya,  tentu timbul  pertanyaan permaianan seperti  apa yang dilakukan? Permainan yang baik adalah mainan tak sekedar menimbulkan kebahagiaan tapi juga memberikan stimulasi untuk anak terutama pada balita. 

Beragam mainanan anak ditemukan dengan klaim edukasi, namun tak ada yang  lebih bagus dari mainan berasal dari sekitar anak. Tak ada yang  lebih bermakna dari permaianan  tradisional. Kenapa? Karena didalamnya akan ditemukan olahraga,  keseimbangan,  kejujuran, keberanian  dan kerjasama. Permainan  tradisional tak hanya membuat anak bermandi keringat tapi juga mengajarkan nilai-nilai dalam kehidupan.

Sesuai namanya kampung lali gadget, membuat benar-benar lupa

Tiru caranya, detoks gadget ala kampung lali gadget


Pada tanggal 1 April 2018, pemuda asli Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo bernama Achmad Irfandi membuat sebuah terobosan baru. Tujuannya mencegah kecanduan gadget yang mungkin akan menjangkiti anak-anak di desa.

Terobosan itu diwujudkan dalam bentuk kampung lali gadget (KLG). Sesuai dengan namanya,  dikampung ini anak-anak dibuat melupakan ponsel pintar mereka dengan berbagai kegiatan positif. 

Seseru apa kampung lali gadget?

Berbagai kegiatan digelar pada program ini seperti edukasi budaya, kearifan lokal, olahraga, edukasi satwa, permainan tradisional.  Dari kesemua itu yang paling menarik adalah permaianan tradisional. 

Permaianan tradisional seperti  jantung dari programnya karena begitu mudah menarik anak-anak. Tidak bisa dipungkiri , permainan tradisional selalu menghadirkan nostalgia untuk orang dewasa dan rasa penasaran bagi anak-anak,  terutama mereka yang tidak punya tempat bermain.  

Tidak sekedar bermain dan merasakan kegembiraan, di sini permainannya tematik dibuat dari bahan-bahan alam yang mudah ditemukan seperti godhong (daun), lotoh (getah), dan banyak lagi. Ada 25 tema permainan yang telah dibuat. Setiap minggu permainan tematik nya berbeda-beda. 

Bermain kotor selalu dihindari? Entah itu dari orangtua  atau anak lantaran jijik.  Naah.. di kampung ini malah ada kegiatannya seperti menanam padi, menangkap ikan lele. 
Kumpulan foto permainan tradisional KLG


Bermain di alam merupakan hal yang bagus, banyak orang tua merasakan dampak positif  anaknya jadi lebih baik setelah bermain di kampung lali gadget.   

Adopsi kampung lali gadget dan pindahkan ke rumah

Perubahan anak jadi lebih baik, merupakan harapan semua orangtua, dan ini ditemukan setelah berkunjung ke kampung lali gadget.  Rasanya tidak salah bila mengadopsi kegiatan yang ada di sana walaupun tidak bisa 100%.  Setidaknya orang tua mengajak anak bermain bersama permaianan tradisional yang diketahuinya.  Orang tua mengajak anak bermain di alam misalnya mengunjungi sawah, kolam atau padang rumput.  Intinya adalah tidak lagi melepaskan pengasuhan anak dengan memberikan smartphone terutama pada masa golden age.

Penutup

Perkembangan teknologi seperti smartphone dimanfaatkan secara optimal didalam kehidupan.  Namun, orang tua sebisa mungkin tidak memberikannya kepada balita yang sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. 
Dan bila terlanjur lakukan detok dengan mengalalihkan perhatian mereka dengan aktivitas seperti  bermain. Bukankah bermain merupakan kebutuhan anak-anak? 










No comments:

Post a Comment

Hai... silahkan tinggalkan pesan dan tunggu saya approve ya...
terima kasih udah berkunjung